LAPORAN AKSI NYATA MODUL 1.4 PENERAPAN BUDAYA POSITIF

SMA Negeri 2 Sragen | Uncategorized | ,

LAPORAN AKSI NYATA MODUL 1.4 PENERAPAN BUDAYA POSITIF

TUGAS INDIVIDU MODUL 1.4.a.10 AKSI NYATA

Nina Ariesta

SMAN 2 Sragen

Calon Guru Penggerak Angkatan 4 Kabupaten Sragen

1.       Latar Belakang

Kesadaran dalam menerapkan disiplin positif di lingkungan SMAN 2 Sragen mayoritas masih berdasarkan motivasi ekstrinsik. Realisasi di lapangan  masih menganut reward dan punishment. Komunikasi yang dibangun masih satu arah, peran atau kontrol guru  hanya sebagai penghukum bagi murid, belum mencapai tahap manajer seperti kondisi ideal yang diharapkan.

Kondisi ideal dalam  menanamkan sikap disiplin pada murid  harus bermula dari kesadaran diri atau  tumbuhnya motivasi intrinsik. Menanamkan Budaya positif di sekolah   juga merupakan upaya untuk mewujudkan  Profil Pelajar Pancasila. Upaya lain yang bisa dilakukan untuk menumbuhkan kesadaran murid menjadi pribadi yang berempati dan berbudaya disiplin positif adalah membangun komunikasi  yang baik.

Oleh karena itu untuk mewujudkan hal tersebut, keyakinan kelas dan kampanye budaya positif 5 S dipilih sebagai salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk menumbuhkan  motivasi intrinsik mewujudkan disiplin positif di SMAN 2 Sragen.

2.     Deskripsi Aksi Nyata

  A.  Tujuan  Aksi nyata

  • Terwujudnya visi sekolah melalui budaya positif
  • Terbentuknya karakter disiplin yang kuat
  • Menumbuhkan dan menguatkan karakter positif melalui pembiasaan-pembiasaan positif.
  • Menumbuhkembangkan karakter profil pelajar pancasila yaitu pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai pancasila.

B.  Tolok Ukur

Untuk mengetahui dan mengontrol sejauh mana kegiatan ini dilaksanakan serta  terarah pada tujuan yang sudah ditetapkan, maka tolak ukur yang digunakan adalah sebagai berikut:

  • Terbentuknya keyakinan kelas sebagai landasan dalam memecahkan permasalahan yang ada di kelas. Keyakinan kelas ini dibentuk dan disepakati oleh murid dan wali kelas.
  • Konsistensi peserta didik (murid) dan wali kelas dalam menjalankan keyakinan kelas
  • Murid sudah menunjukkan menguatnya karakter positif seperti religius, disiplin, peduli, toleransi, gotong royong, dan bertanggung jawab pada proses pembelajaran, kegiatan di sekolah, maupun dalam kehidupan sehari-hari.
  • Membudayanya budaya positif 5S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan dan Santun

C.  Linimasa tindakan yang akan dilakukan:

  • Mengomunikasikan dengan pihak-pihak terkait, Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah dan semua warga SMAN 2 Sragen.
  • Sosialisasi Budaya positif 5S, berupa pembagian poster kepada seluruh warga di sekolah.
  • Membuat Keyakinan kelas dengan kelas XI MIPA 6.
  • Merefleksi kegiatan dalam rangka membudayakan kebiasaan positif di sekolah

D. Dukungan Yang dibutuhkan

  • Kepala Sekolah dan Rekan Sejawat
  • Orang tua / Komite
  • Murid
  • Sarana dan Prasarana
  • Media yang diperlukan

Dalam menciptakan budaya positif di sekolah dibutuhkan sinergi antarpemangku kepentingan di sekolah. Sehingga budaya positif  tersebut dapat menjadi suatu kekuatan unuk menerapkan disiplin positif sekolah. Strategi yang saya  lakukan untuk menanamkan  budaya positif di sekolah adalah membuat keyakinan kelas dan  kampanye budaya 5S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan dan Santun) kepada seluruh warga sekolah.Strategi ini saya lakukan sebagai  penguatan budaya positif yang sudah ada di sekolah kami, yaitu  SMANDA SMART (Santun, Mandiri, Aktif, Religius, Tangguh). Budaya positif tersebut sering disosialisasikan dengan menggunakan sebagai jargon sekolah.

Langkah pertama dalam menyusun keyakinan kelas yaitu memberikan pertanyaan pemantik kepada murid, dari pertanyaan tersebut akan  muncul harapan-harapan yang diimpikan murid dalam proses pembelajaran. Murid menuliskan keinginan / harapan untuk kelas yang diinginkan di dalam kertas yang sudah dibagi oleh guru kemudian menempelkan tulisannya di kertas yang sudah disediakan.Hasil tulisan dari semua murid menjadi draft keyakinan dan komitmen bersama. Murid merespon, guru sebagai kontrol kelas mengarahkan bagaimana agar keinginan-keinginan yang mereka tuangkan dalam kertas dapat terwujud.

Selain menyusun keyakinan kelas, tindakan untuk menanamkan budaya positif, saya melakukan kampanye budaya positif 5 S ( Senyum, Sapa, Salam, Sopan dan Santun). Dimulai dari mendesain poster untuk disebarluaskan kepada warga di sekolah, selanjutkan melakukan kampanye dengan membagikan poster. Poster berisi ajakan berbudaya positif 5 S dan manfaat yang bisa diambil dari budaya positif 5S tersebut

3.      Hasil Aksi Nyata

Adapun hasil dari tindakan aksi nyata yang sudah dilakukan adalah :

  • Terbentuknya keyakinan kelas, yang sudah disepakati bersama dan akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Respon peserta didik tentu saja merasa senang dan apresiatif, mereka bersemangat melakukan perubahan sesuai keyakinan kelas. Bersemangat untuk menyepakati keyakinan karena motivasi intrinsik untuk menjadi lebih baik.
  • Menguatnya budaya positif 5S ( Senyum, Sapa, Salam, Sopan dan Santun) kepada semua warga sekolah.
  • Menguatnya karakter-karakter positif dari murid dan warga sekolah
  • Adanya poster keyakinan kelas yang dipajang di kelas –kelas
  • Poster Budaya positif 5 S di kelas-kelas

4.      Pembelajaran yang didapat dari pelaksanaan

Pembelajaran yang didapatkan dari pelaksanaan tindakan aksi nyata dalam membangun budaya positif ini adaah :

  • Pentingnya membuat keyakinan kelas untuk menumbuhkan motivasi intrinsik pada diri murid.
  • Adanya dukungan dari berbagai pihak terkait sarana dan prasarana yang memadai dalam usaha membangun disiplin positif.
  • Semua warga yang terlibat sangat antusias menerima perubahan demi budaya positif yang ingin dicapai. Jika budaya positif terlaksana dengan baik, hal baik yang akan muncul adalah ditandai dengan kesadaran secara inrinsik dalam menerapkan budaya positif.

5.      Rencana Perbaikan untuk pelaksanaan di masa mendatang

Aksi nyata ini akan diprogramkan secara berkelanjutan pada setiap awal tahun pelajaran. Kolaborasi  antara guru dan murid dalam menyusun  keyakinan kelas yang berpusat pada murid ini, berisi aspirasi  semua peserta didik. Tahapan refleksi akhir semester akan dijadikan acuan pelaksanaan pembelajaran di semester berikutnya. Agenda kegiatan berikutnya adalah  sharing dan kolaborasi antar guru mata pelajaran di SMA N 2 Sragen.

Kegiatan selanjutnya adalah menyosialisasikan budaya positif kepada semua pemangku kepentingan, pengimbaskan disiplin positif pada peserta didik, menampung aspirasi dari peserta didik. serta memberi apresiasi terhadap kemajuan dan perkembangan peserta didik atas pencapaiannya membudayakan budaya positif.

Perubahan yang akan dilakukan, mulai dari diri sendiri adalah berusaha untuk komitmen pada keyakinan kelas yang sudah disepakati, membiasakan diri dengan budaya 5 S, dan menerapkan kedisiplinan. Menerima dan memberikan aspirasi murid  dalam menentukan daftar keyakinan kelas bersama. Melakukan refleksi bersama atas kesepakatan yang diberlakukan. Perubahan yang diharapkan akan dirasakan, mampu berempati kepada murid, karena lebih banyak mendengar daripada menginstruksikan, lebih banyak menerima aspirasi ketimbang arahan-arahan yang tidak efektif.

6.     Dokumentasi

Proses dan hasil pelaksanaan berupa foto-foto atau video singkat

  •  








Proses membuat keyakinan kelas










Kesepakatan Kelas





Budaya 5 S
(Senyum, Sapa, Salam, Sopan dan Santun
























Kampanye Budaya 5S kepada guru dan murid
















Budaya positif melaksanakan
keyakinan kelas menjaga
kebersihan, keindahan dan
kenyamanan kelas

3 Jam, SMAN 2 Sragen Kumpulkan Belasan Juta Rupiah untuk Korban Semeru

SMA Negeri 2 Sragen | Uncategorized |
 Murid SMAN 2 Sragen menggalang dana kemanusiaan untuk warga terdampak erupsi Gunung Semeru di persimpangan jalan di Sragen, Kamis (10/11/2021). (Istimewa/Dokumentasi murid SMAN 2 Sragen)
Aksi sosial dilakukan para siswa SMAN 2 Sragen dengan menggalan dana bagi korban erupsi semeru. Penggalangan dana dilakukan di jalan umum.

Solopos.com, SRAGEN — Murid-murid SMAN 2 Sragen dalam tiga jam berhasil mengumpulkan donasi Rp11.091.400 untuk korban terdampak erupsi Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang.

Waka Bidang Kesiswaan SMAN 2 Sragen, Sumaryanto, menjelaskan para pengurus Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), Palang Merah Remaja, dan Pramuka menginisiasi penggalangan dana tersebut.

Penggalangan dana dilakukan secara internal yang disalurkan kepada Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) dan eksternal sekolah, Kamis (9/12/2021), disalurkan kepada PMI Sragen.

“Kemarin dapat Rp11.091.400 dan hari ini akan diserahkan kepada PMI Sragen. Kami mendukung dan mendampingi anak-anak ke beberapa jalan mulai pukul 12.00-15.00 WIB,” kata dia, Jumat (10/12/2021).

Menurut dia, tim menyebar ke sejumlah persimpangan, antara lain persimpangan dekat Alun-alun Sragen, RSUD dr.Soehadi Prijonegoro Sragen, dan persimpangan dekat Kantor Dinas Kesehatan Sragen.

“Kami mengapresiasi upaya siswa sebagai pembentukan karakter dan menumbuhkan rasa empati kepada sesama yang mendapatkan cobaan terdampak erupsi Gunung Semeru,” jelasnya.

Sumber : https://www.solopos.com/3-jam-sman-2-sragen-kumpulkan-belasan-juta-rupiah-untuk-korban-semeru-1213838?utm_source=terkini_desktop

Peringati Hari Guru, Siswa SMAN 2 Sragen Ikuti Lomba Puisi dan Video

SMA Negeri 2 Sragen | Uncategorized | ,
 Seorang siswi membacakan puisi yang dipersembahkan untuk guru pada momen Hari Guru di SMAN 2 Sragen, Kamis (25/11/2021). (Istimewa/Ediyati Tri S.)
Para siswa di SMAN 2 Sragen mempersembahkan puisi kepada para guru pada peringatan Hari Guru, Kamis (25/11/2021).

Solopos.com, SRAGEN – Para siswa di SMAN 2 Sragen mempersembahkan puisi kepada para guru pada peringatan Hari Guru, Kamis (25/11/2021). Para siswa yang menyebar di 30 kelas itu berkompetisi untuk membuat puisi terbaik yang dipersembahkan kepada para gurunya.

Seorang guru mata pelajaran bahasa Indonesia yang juga anggota staf Humas SMAN 2 Sragen, Ediyati Tri S., kepada Solopos.com, Jumat (26/11/2021), menyampaikan selain membuat puisi para siswa juga membuat video. Para siswa membuat ucapan dan harapan untuk para guru. Seperti yang dilakukan para siswa Kelas XII MIPA 3 yang membuat video berdurasi 40 detik.

Secara bergantian mereka secara menyampaikan kata-kata puitis untuk guru. “Ku ingat dengan jelas nasihat-nasihatmu. Kini, aku memahami semua orang hebat adalah berkat guru yang penuh tekad,” ujar para siswa itu.

Ediyati menerangkan setiap karya siswa baik puisi dan video diseleksi dan diambil yang terbaik untuk dibacakan dalam momen Hari Guru. Dari 30 kelas, kata Ediyati, Kelas X IPS 1 yang terpilih menjadi juara.

Puisi karya siswa Margaretha Adinda dengan judul Tanda Terima Kasih. Puisi itu dibacakan Charissa Naflah Imtinan, siswi Kelas XI IPS 1, dalam momentum Hari Guru.

“Sementara untuk video terbaik dari Kelas X MIPA 5 dan Kelas X MIPA 4. Dalam peringatan Hari Guru, para guru mengenakan pakaian kebaya. Selain itu para siswa juga melepas balon sebagai wujud terima kasih kepada guru. Pemenang lomba mendapatkan penghargaan dari guru,” ujarnya.

Sumber : https://www.solopos.com/peringati-hari-guru-siswa-sman-2-sragen-ikuti-lomba-puisi-dan-video-1203816?utm_source=terkini_desktop

Peringati Sumpah Pemuda, 78 Guru SMAN 2 Sragen Kenakan Pakaian Adat

SMA Negeri 2 Sragen | Uncategorized |
 Para siswa mengangkat tangan ke atas saat kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan guru yang berpakaian adat di SMAN 2 Sragen, Kamis (28/10/2021). (Istimewa/SMAN 2 Sragen)
Guru dan Karyawan SMAN 2 Sragen ingin memberikan teladan tentang toleransi kepada siswa dengan menggunakan pakaian adat di Hari Sumpah Pemuda.

Solopos.com, SRAGEN — Sebanyak 78 orang guru dan karyawan SMAN 2 Sragen mengenakan pakaian adat dari berbagai suku bangsa di Indonesia, Kamis (28/10/2021). Aksi ini dilakukan untuk memperingati Hari Sumpah Pemuda ke-93.

Mereka memakai pakaian adat untuk memberikan contoh kepada para siswanya guna menumbuhkan persatuan dan kesatuan bangsa. Mereka juga mencoba meningkatkan sikap nasionalisme, toleransi, dan hormat menghormati antarsuku bangsa.

Anggota staf Humas SMAN 2 Sragen, Ediyati Tri S, menyampaikan yang mengenakan pakaian adat di sekolah hanya guru dan karyawan. Para siswanya tetap mengenakan seragam. Dia menerangkan para guru dan karyawan ingin memberi teladan kepada para siswa agar memahami budaya daerah dari berbagai suku bangsa di Indonesia.

“Selain itu, dengan berpakaian adat itu juga menunjukkan persatuan dan kesatuan bangsa dan menumbuhkan sikap nasionalisme. Hal ini kami lakukan dengan mengambil momentum Hari Sumpah Pemuda. Hal ini juga untuk menanamkan semangat Sumpah Pemuda. Para pemuda datang dari berbagai daerah untuk berkomitmen menjadi satu bangsa, satu bahasa, dan satu tanah air Indonesia,” katanya, saat dihubungi Solopos.com, Kamis siang.

Peringatan Hari Sumpah Pemuda itu, kata guru Bahasa Indonesia itu, juga diisi dengan kegiatan sosialisasi deteksi dini kesehatan remaja oleh DPRD Provinsi Jawa Tengah. Sosialisasi itu dilakukan secara virtual di Aula SMAN 2 Sragen dan diikuti 100 siswa dan lima guru.

“Para siswa yang ikut berasal dari OSIS, PMR, Pramuka, BK, dan UKS. Kegiatan ini juga diikuti perwakilan dari SMA lainnya, seperti SMAN 1 Sragen, SMAN 3 Sragen, dan SMA Walisongo Karangmalang. Dalam materi itu juga disinggung tentang pencegahan penularan Covid-19,” kata Ediyati.

Sementara di lingkungan Pemkab Sragen tidak ada peringatan Hari Sumpah Pemuda. Para aparatur sipil negara (ASN) pun banyak yang tak mengenakan pakaian seragam batik Korps Pegawai Republik Indonesia (Korpri). Pasalnya, tidak ada surat edaran ihwal pemakaian seragam tersebut.

“Tidak ada edaran untuk pakai seragam Korpri. Pemakaian seragam Kopri itu situasional. Yang jelas dipakai setiap bulan sekali, yakni setiap tanggal 17 dan berdasarkan surat edaran,” kata Sekretaris Daerah (Sekda) Sragen, Tatag Prabawanto.

Sumber : https://www.solopos.com/peringati-sumpah-pemuda-78-guru-sman-2-sragen-kenakan-pakaian-adat-1183308?utm_source=terkini_desktop