Solopos.com, SRAGEN — Murid-murid SMAN 2 Sragen dalam tiga jam berhasil mengumpulkan donasi Rp11.091.400 untuk korban terdampak erupsi Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang.
Waka Bidang Kesiswaan SMAN 2 Sragen, Sumaryanto, menjelaskan para pengurus Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), Palang Merah Remaja, dan Pramuka menginisiasi penggalangan dana tersebut.
Penggalangan dana dilakukan secara internal yang disalurkan kepada Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) dan eksternal sekolah, Kamis (9/12/2021), disalurkan kepada PMI Sragen.
“Kemarin dapat Rp11.091.400 dan hari ini akan diserahkan kepada PMI Sragen. Kami mendukung dan mendampingi anak-anak ke beberapa jalan mulai pukul 12.00-15.00 WIB,” kata dia, Jumat (10/12/2021).
Menurut dia, tim menyebar ke sejumlah persimpangan, antara lain persimpangan dekat Alun-alun Sragen, RSUD dr.Soehadi Prijonegoro Sragen, dan persimpangan dekat Kantor Dinas Kesehatan Sragen.
“Kami mengapresiasi upaya siswa sebagai pembentukan karakter dan menumbuhkan rasa empati kepada sesama yang mendapatkan cobaan terdampak erupsi Gunung Semeru,” jelasnya.
Solopos.com, SRAGEN – Para siswa di SMAN 2 Sragen mempersembahkan puisi kepada para guru pada peringatan Hari Guru, Kamis (25/11/2021). Para siswa yang menyebar di 30 kelas itu berkompetisi untuk membuat puisi terbaik yang dipersembahkan kepada para gurunya.
Seorang guru mata pelajaran bahasa Indonesia yang juga anggota staf Humas SMAN 2 Sragen, Ediyati Tri S., kepada Solopos.com, Jumat (26/11/2021), menyampaikan selain membuat puisi para siswa juga membuat video. Para siswa membuat ucapan dan harapan untuk para guru. Seperti yang dilakukan para siswa Kelas XII MIPA 3 yang membuat video berdurasi 40 detik.
Secara bergantian mereka secara menyampaikan kata-kata puitis untuk guru. “Ku ingat dengan jelas nasihat-nasihatmu. Kini, aku memahami semua orang hebat adalah berkat guru yang penuh tekad,” ujar para siswa itu.
Ediyati menerangkan setiap karya siswa baik puisi dan video diseleksi dan diambil yang terbaik untuk dibacakan dalam momen Hari Guru. Dari 30 kelas, kata Ediyati, Kelas X IPS 1 yang terpilih menjadi juara.
Puisi karya siswa Margaretha Adinda dengan judul Tanda Terima Kasih. Puisi itu dibacakan Charissa Naflah Imtinan, siswi Kelas XI IPS 1, dalam momentum Hari Guru.
“Sementara untuk video terbaik dari Kelas X MIPA 5 dan Kelas X MIPA 4. Dalam peringatan Hari Guru, para guru mengenakan pakaian kebaya. Selain itu para siswa juga melepas balon sebagai wujud terima kasih kepada guru. Pemenang lomba mendapatkan penghargaan dari guru,” ujarnya.
Solopos.com, SRAGEN — Sebanyak 78 orang guru dan karyawan SMAN 2 Sragen mengenakan pakaian adat dari berbagai suku bangsa di Indonesia, Kamis (28/10/2021). Aksi ini dilakukan untuk memperingati Hari Sumpah Pemuda ke-93.
Mereka memakai pakaian adat untuk memberikan contoh kepada para siswanya guna menumbuhkan persatuan dan kesatuan bangsa. Mereka juga mencoba meningkatkan sikap nasionalisme, toleransi, dan hormat menghormati antarsuku bangsa.
Anggota staf Humas SMAN 2 Sragen, Ediyati Tri S, menyampaikan yang mengenakan pakaian adat di sekolah hanya guru dan karyawan. Para siswanya tetap mengenakan seragam. Dia menerangkan para guru dan karyawan ingin memberi teladan kepada para siswa agar memahami budaya daerah dari berbagai suku bangsa di Indonesia.
“Selain itu, dengan berpakaian adat itu juga menunjukkan persatuan dan kesatuan bangsa dan menumbuhkan sikap nasionalisme. Hal ini kami lakukan dengan mengambil momentum Hari Sumpah Pemuda. Hal ini juga untuk menanamkan semangat Sumpah Pemuda. Para pemuda datang dari berbagai daerah untuk berkomitmen menjadi satu bangsa, satu bahasa, dan satu tanah air Indonesia,” katanya, saat dihubungi Solopos.com, Kamis siang.
Peringatan Hari Sumpah Pemuda itu, kata guru Bahasa Indonesia itu, juga diisi dengan kegiatan sosialisasi deteksi dini kesehatan remaja oleh DPRD Provinsi Jawa Tengah. Sosialisasi itu dilakukan secara virtual di Aula SMAN 2 Sragen dan diikuti 100 siswa dan lima guru.
“Para siswa yang ikut berasal dari OSIS, PMR, Pramuka, BK, dan UKS. Kegiatan ini juga diikuti perwakilan dari SMA lainnya, seperti SMAN 1 Sragen, SMAN 3 Sragen, dan SMA Walisongo Karangmalang. Dalam materi itu juga disinggung tentang pencegahan penularan Covid-19,” kata Ediyati.
Sementara di lingkungan Pemkab Sragen tidak ada peringatan Hari Sumpah Pemuda. Para aparatur sipil negara (ASN) pun banyak yang tak mengenakan pakaian seragam batik Korps Pegawai Republik Indonesia (Korpri). Pasalnya, tidak ada surat edaran ihwal pemakaian seragam tersebut.
“Tidak ada edaran untuk pakai seragam Korpri. Pemakaian seragam Kopri itu situasional. Yang jelas dipakai setiap bulan sekali, yakni setiap tanggal 17 dan berdasarkan surat edaran,” kata Sekretaris Daerah (Sekda) Sragen, Tatag Prabawanto.